Logo PDAM |
BANDUNG, SWARAWANITA.NET - Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung terus berkoordinasi
dengan pihak terkait mengenai penurunan kapasitas air baku. Ketiadaan
hujan membuat danau-danau yang menjadi sumber air baku PDAM mengalami
penurunan kapasitas dalam dua bulan terakhir ini.
Direktur
Utama PDAM Tirtawening Kota Bandung Sonny Salimi mengatakan, pihaknya
sudah menyampaikan dan berkoordinasi kepada semua stake holder agar
segera duduk bersama membahas persoalan penurunan kapasitas air baku di
musim kemarau. Cara seperti itu ditempuh agar masalah serupa tidak
kembali terjadi di masa yang akan datang.
“Semua
stake holder perlu duduk bersama untuk sama-sama memikirkan solusi
tepat agar dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dalam jangka
panjang,” ungkap Sonny saat ditemui di ruang kerjanya Jalan Badak Singa,
Kota Bandung, Rabu (23/8/2017).
Secara teknis, kata dia, untuk dapat menyelesaikan permasalahan air baku tersebut bisa dengan membuat waduk baru.
Namun
hal itu tidak bisa dibuat dengan mudah dan memerlukan waktu yang tidak
sebentar. Selain itu, menurutnya, bisa juga dengan membuat kolam tandon
harian, atau juga bisa segera memperbaiki lingkungan di sekitar danau
yang berpotensi menimbulkan sedimen besar sehingga mempercepat proses
pendangkalan.
“Kami akan terus berkoordinasi
dan berbicara kepada siapapun itu. Karena air itu kebutuhan bersama
berarti harus dipikirkan secara bersama-sama juga,” timpalnya.
Sonny
menjelaskan, sejak awal Juli lalu ketersediaan air baku PDAM mengalami
penurunan. Sementara dalam dua minggu terakhir ini, kondisi penurunannya
bisa dikatakan kritis. Pihaknya kehilangan lima jam sehari sebanyak 100
liter per detik. Jika dipersentasekan, penurunannya mencapai 40%
dibandingkan dengan kondisi normal. Adapun kapasitas produksi air PDAM
Tirtawening Kota Bandung mencapai 2.767,09 liter per detik.
“Itulah
yang dimiliki saat ini. Kalaupun mengambil dari titik-titik yang lain
tidak mungkin, karena kita ketahui bersama sungai di kita tidak ada lagi
airnya, kalaupun ada airnya tidak layak dijadikan air produksi PDAM,”
terangnya.
Terdapat tiga sumber utama air baku
PDAM Tirtawening Kota Bandung yakni air permukaan yang berasal dari
Sungai Cisangkuy, Sungai Cikapundung, Sungai Cibeureum, dan Sungai
Cipanjalu. Selain itu, ada juga 16 mata air di antaranya Mata air
Cigentur, Mata air Ciliang, Mata Air Cilaki, dan lain-lain. Sumber lain
adalah air tanah dengan jumlah sumur air tanah dalam PDAM mencapai 32
buah.
Akibat dari penurunan kapasitas air baku
ini, tambah Sonny, para pelanggan harus giliran untuk mendapatkan air,
itupun dengan air yang cukup sedikit. Berkurang jumlah yang didapat
warga walaupun durasinya tetap sama.
“Hal itu
juga berimbas pada pendapatan PDAM. Karena akan tercatat dalam meter
pelanggan yang lebih kecil dari biasanya. Kalau dikalkulasi, kehilangan
potensi pendapatan sekitar 10-20% karena air yang berkurang itu.
Mudah-mudahan tidak berlangsung lama. Yang paling penting kita bisa
memberikan pelayanan prima kepada pelanggan,” papar dia.
Menghadapi
kondisi seperti ini, Sonny pun menghimbau masyarakat agar tidak boros
dalam mengelola air PDAM. “Cara menghemat contohnya misalkan mandi
menggunakan shower bukan pakai gayung, menampung bekas wudlu atau bekas
mandi yang digunakan untuk menyiram tanaman dan hal lain. Yang tidak
kalah penting adalah terus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hujan
cepat turun di wilayah-wilayah hulu,” pungkasnya.(sw)
0 Komentar