Bandung.Swara Wanita.
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat bersama Dinas Pendidikan Melounching Sekolah Ramah Anak (Sekolah
Tanpa Kekerasan, SMA Terbuka, dan SMK Pendidikan Jarak Jauh) tahun 2017, di
Gedung Graha Bhayangkara Jalan Cicendo Kota Bandung, Kamis (21/12).
Gubernur Jawa Barat
Ahmad Heryawan mengatakan, sekolah ramah anak ini sebagai tindaklanjut dari
Permendibud nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
"Kita baru saja melaunching untuk seluruh SMA/SMK/SLB termasuk SMA/SMK terbuka se-Jawa Barat yang sekarang ada di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi untuk menjadi sekolah ramah anak berbasis bebas kekerasan, artinya kita sesuai dengan permendikbud no 82 tahun 2015 kita ingin mewujudkan betul-betul sekolah itu ramah anak dan tidak ada kekerasan," tegas Aher sapaan Gubernur Jawa Barat ini.
Dengan sekolah ramah anak ini, dimana seorang guru akan menyayangi anak-anak atau muridnya di sekolah seperti kasih sayang yang diberikan kepada anak kandungnya sendiri.
Sehingga nantinya seorang guru akan mengajarkan anak dengan baik, apakah itu pengajaran yang bersifat transfer pengetahuan ataupun pengajaran yang pembentukan perilaku.
"Yakni membentuk jiwa yang baik, kesopanan, sopan santun, akhlak, moral itu yang kita inginkan," ujar Aher.
Dengan demikian di dalam sekolah akan muncul timbal balik antar guru dengan murid ketika guru tersebut mampu memberikan pengajaran yang baik dan kasih sayang yang diberikan saat di dalam kelas. Dimana anak didik menghormati guru-gurunya dan guru sangat menyayangi anak didiknya.
"Pada saat yang sama juga, terbentuklah nanti para siswa yang tidak saja sebagai pelajar yang baik yang menyerap seluruh pelajaran yang diajarkan para gurunya, juga para siswa yang selalu berusaha bersikap yang baik, berperilaku yang baik sehingga hadirlah sebuah sekolah yang saling berkomunikasi timbal balik," imbuhnya.
Maka di dalam sekolah ramah anak ini, tidak ada kekerasan di dalamnya, tidak ada lagi cerita guru melotot kepada muridnya, tidak ada lagi cerita gurunya cemberut di depan kelas, tidak ada lagi cerita gurunya menggunakan kekerasan dengan penggaris.
Karena yang ada adalah hubungan timbal balik dengan penuh kasih sayang, saling menghormati dan menyayangi.
"Kita baru saja melaunching untuk seluruh SMA/SMK/SLB termasuk SMA/SMK terbuka se-Jawa Barat yang sekarang ada di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi untuk menjadi sekolah ramah anak berbasis bebas kekerasan, artinya kita sesuai dengan permendikbud no 82 tahun 2015 kita ingin mewujudkan betul-betul sekolah itu ramah anak dan tidak ada kekerasan," tegas Aher sapaan Gubernur Jawa Barat ini.
Dengan sekolah ramah anak ini, dimana seorang guru akan menyayangi anak-anak atau muridnya di sekolah seperti kasih sayang yang diberikan kepada anak kandungnya sendiri.
Sehingga nantinya seorang guru akan mengajarkan anak dengan baik, apakah itu pengajaran yang bersifat transfer pengetahuan ataupun pengajaran yang pembentukan perilaku.
"Yakni membentuk jiwa yang baik, kesopanan, sopan santun, akhlak, moral itu yang kita inginkan," ujar Aher.
Dengan demikian di dalam sekolah akan muncul timbal balik antar guru dengan murid ketika guru tersebut mampu memberikan pengajaran yang baik dan kasih sayang yang diberikan saat di dalam kelas. Dimana anak didik menghormati guru-gurunya dan guru sangat menyayangi anak didiknya.
"Pada saat yang sama juga, terbentuklah nanti para siswa yang tidak saja sebagai pelajar yang baik yang menyerap seluruh pelajaran yang diajarkan para gurunya, juga para siswa yang selalu berusaha bersikap yang baik, berperilaku yang baik sehingga hadirlah sebuah sekolah yang saling berkomunikasi timbal balik," imbuhnya.
Maka di dalam sekolah ramah anak ini, tidak ada kekerasan di dalamnya, tidak ada lagi cerita guru melotot kepada muridnya, tidak ada lagi cerita gurunya cemberut di depan kelas, tidak ada lagi cerita gurunya menggunakan kekerasan dengan penggaris.
Karena yang ada adalah hubungan timbal balik dengan penuh kasih sayang, saling menghormati dan menyayangi.
0 Komentar