Bandung.Swara
Wanita.
Penyakit
“DIFTERI” kini tengah mewabah Indonesia, bahkan berdasarkan data dari
Kementerian Kesehatan RI, sampai akhir November 2017, sudah ada 95 kabupaten
dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan
terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia. Untuk di Jabar sendiri
sudah sebanyak 109 kasus dengan 13 orang diantaranya meninggal dunia.
Menanggapi
cukup banyaknya warga Jabar yang terkena penyakit Difteri, Ketua Tim Penggerak
PKK Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan meminta Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat bekarja keras dan cepat dengan Rumah Sakit rujukan atau Rumah Sakit
Regional yang ada di Jawa Barat untuk memberikan layanan terbaik.
“Jadi bagaimanapun masalah
kesehatan yang dialami masyarakat ini kan merupakan tanggung jawab pemerintah,
baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kab/Kota. Maka dari itu pemerintah
harus bisa menyelenggarakan layanan prima untuk masyarakat,” kata Netty seusai
membuka Rapat Konsultasi (RAKON) PKK Tahun 2017 di Kantor PKK Provinsi Jawa Barat,
Jl. Soekarno Hatta No. 468 Bandung.
Di sisi lain, data dari Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa 1/3 dari penderita
difteri tidak diimunisasi. Sedangkan upaya yang dianggap efektif untuk mencegah
terjadinya difteri itu sendiri adalah dengan pemberian imunisasi. Karena dengan
imunisasi tentu akan memberikan perlindungan kekebalan terhadap penyakit secara
spesifik tergantung dengan jenis vaksin yang diberikan.
“Tentu ini menjadi ‘PR’ dan
tantangan kita untuk terus bekerja di masyarakat khususnya mengedukasi keluarga
sehingga masyarakat ataupun balita bisa tercegah dengan mengikuti program lima
imunisasi dasar lengkap salah satunya imunisasi DPT,” sambungnya.
“Saya pun menyarankan, di era
kecepatan teknologi seperti hari ini kita harus melakukan kerja-kerja kreatif
dan responsive melibatkan MUI dan Tokoh Agama untuk membangun kepercayaan
ditengah masyarakat, karena ketika kita bicara tentang imunisasi ternyata masih
ada diskusi-diskusi ditengah masyarakat tentang status kehalalan bahan yang
digunakan dalam imunisasi itu,” tambah Netty.
Tak lupa Netty menyampaikan
pada Peserta RAKON PKK 2017 untuk mengikuti Rapat Konsultasi ini hingga tuntas
agar setiap komponen masyarakat termasuk juga Perangkat Daerah bisa bersinergi
antara program yang diselenggarakan dengan kondisi faktual dan situasi empirik
ditengah masyarakat. Sehingga dengan sebuah keharmonisan kerja ini diharapkan
hasilnya lebih efektif. Terlebih saat ini tantangan membangun Jawa Barat ini
tidak mudah, termasuk menghimbau kepada seluruh keluarga di Jawa Barat
khususnya para orangtua untuk memberikan kepercayaan pada pemerintah, salah
satunya kepercayaan untuk memberikan anak-anaknya Imunisasi.
“Jadi kita semua yakin
pemerintah tidak akan mungkin mencelakakan masyarakatnya atau membuat
masyarakatnya sengsara, salah satunya dengan program imunisasi. Saya yakin
keberanian pemerintah bekerjasama dengan pihak Biofarma, MUI, dan juga kelompok
masyarakat lain ingin menegaskan bahwa imunisasi pada hari ini tidak diragukan,
apalagi sudah mendapatkan status kejelasan dari BP POM dan MUI,” papar Netty.
“Maka mari sama-sama kita
sukseskan program imunisasi untuk generasi yang lebih sehat dimasa yang akan
datang,” tegasnya.
Sebelumnya diketahui bahwa
wabah difteri ini banyak ditemui di negara-negara berkembang dimana angka
vaksinasi masih rendah. Penyakit yang bersumber dari bakteri yang bernama
Corynebacterium diphtheriae ini termasuk dalam penyakit menular yang disebarkan
melalui penghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari
jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi
penderita.
Penderita yang mengalami
difteri biasanya menunjukan beberapa gejala, diantaranya gejala ringan seperti
flu pada umumnya. Namun, difteri juga memiliki gejala yang khas seperti lapisan
tebal abu-abu di bagian tenggorokan dan tonsil, demam, menggigil, pembesaran
kelenjar di leher, suara yang keras seperti menggonggong, radang tenggorokan,
kulit membiru, mengeluarkan air liur terus menerus dan rasa tidak nyaman pada tubuh.
Itulah mengapa difteri ini juga ikut berperan besar dalam menyumbang angka
kematian pada bayi di Indonesia
0 Komentar