BOGOR, SWARAWANITA.NET -
Indonesia mendorong revitalisasi Poros
Wasatiyyat Islam Dunia. Pernyataan tersebut diucapkan Presiden Joko Widodo
dalam pidatonya pada upacara pembukaan _High Level Consultation of World Muslim
Scholars on Wasatiyyat Islam_ yang digelar di Istana Kepresidenan Bogor,
Selasa, 1 April 2018.
"Kami yakin dengan wasatiyyat Islam, kita ingin menunjukkan
kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang _rahmatan ‘lil alamin_, yang menjadi
rahmat bagi seluruh alam semesta," ucap Presiden.
Sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta,
Presiden mengatakan umat Islam harus menjadi tauladan dalam mengembangkan
perdamaian dan persatuan. "Kita harus menjadi pemimpin dalam membangun
perdamaian dunia sekaligus kita harus menjadi bangsa yang maju yang menjadi
motor penggerak kemajuan dunia," lanjutnya.
Menurut Presiden, saat ini telah terjadi banyak kemajuan di
negara-negara Muslim. Pembangunan ekonomi, pembangunan politik dan juga
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara-negara Muslim berkembang
pesat dan tidak kalah dibandingkan dengan belahan dunia lain.
Namun di sisi lain, lanjut Presiden, juga terdapat perkembangan
yang menggelisahkan di berbagai belahan dunia. Teknologi komunikasi yang
berkembang pesat, penggunaan sosial media yang sangat meluas membawa implikasi
sosial yang signifikan.
"Di satu sisi bisa mempemudah interaksi, tetapi di sisi
lain media sosial juga digunakan untuk menyebar luaskan ujaran kebencian. Dan
bahkan digunakan sebagai media untuk menyebarkan radikalisme. Ini berarti
tantangan kita semakin berat dalam mengembangkan pemahaman dan ajaran yang
wasatiyyat," ujarnya.
Oleh karena itu, Indonesia menyambut gembira menguatnya semangat
moderasi dalam gerakan besar di dunia Islam. Menurut Presiden, forum konsultasi
tingkat tinggi ini bisa menjadi ajang berbagi pengalaman dalam tasamuh, dalam
mengembangkan toleransi.
"Agar kita berbagi pengalaman dalam syura dalam
mengembangkan musyawarah. Agar kita berbagi pengalaman dalam tawassut dalam
mengambil jalan tengah. Agar kita berbagi pengalaman dalam qudwatiyah dalam
menjadi pelopor bagi kemaslahatan ummat manusia," kata Kepala Negara.
Selain berbagi pengalaman, lanjut Presiden, gerakan Wasatiyyat
Islam harus menjadi gerakan bersama yang mendunia yang dapat menginspirasi para
pemimpin, ulama, kaum muda dan umat Islam agar tetap teguh pada jalur moderasi
Islam. Presiden juga mengatakan keterlibatan para ulama menjadi sangat penting
karena para ulama adalah pewaris para Nabi dan obor keteladanan bagi umat.
"Jika para ulamanya bersatu-padu dalam satu barisan untuk
membumikan moderasi Islam maka saya optimis Poros Wasatiyah Islam Dunia akan
menjadi arus utama yang akan memberikan harapan bagi lahirnya dunia yang damai,
aman, sejahtera dan berkeadilan. Dan akan menjadi gerakan Islam untuk
mewujudkan keadilan sosial," ujarnya.
Pada awal sambutannya, Presiden memperkenalkan Indonesia sebagai
negara yang beragam namun tetap hidup dalam kerukunan. Menurut Presiden
keberagaman adalah anugerah Allah SWT yang harus dirawat. Keberagaman adalah
sumber kekuatan yang membuat Indonesia menjadi bangsa yang kuat.
"Dengan bangga kami rakyat Indonesia ingin memperkenalkan
diri Indonesia adalah negara demokrasi dengan penduduk Muslim terbesar di
dunia. Kami hidup dalam keberagaman, beragam agama, beragam suku dan beragam
budaya. Kami bersyukur dalam keberagaman tersebut Indonesia mampu menjaga
persaudaraan toleransi, perdamaian dan persatuan," kata Presiden.
Acara pembukaan ini dihadiri Imam Besar atau Grand Syeikh
Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Muhammad Ath-Thayeb, 100 tokoh ulama dan
cendikiawan muslim Indonesia dan dunia serta para duta besar negara sahabat di
Jakarta. Hadir pula Wakil Presiden Iran Masoumeh Ebtekar.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara tersebut Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri
Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Agama
Lukman Hakim Saifuddin dan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama
Antar Agama dan Peradaban Din Syamsuddin.
Setelah mengikuti acara pembukaan, Presiden bersama undangan
lainnya melaksanakan ibadah salat Zuhur yang diimami Imam Besar Masjidilharam
Saleh Abdullah M Bin Himeid.
Acara diakhiri dengan santap siang bersama yang dihelat di
restoran yang berada di Kebun Raya Bogor, dengan sajian makanan Indonesia. (Rls)
0 Komentar