BANDUNG, SWARAWANITA.NET -
Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah tumbuh
menjadi kota yang sibuk dengan aktivitas ekonomi. Hal tersebut lantas
mengundang orang-orang dari luar Kota Bandung untuk mencari penghidupan di kota
ini. Lambat laun, Bandung telah menjadi gula-gula bagi para pelaku ekonomi.
Dampaknya, persaingan kerja di Kota Bandung semakin ketat. Kota
Bandung telah menjadi pusat pendidikan, pusat jasa, dan pusat aktivitas ekonomi
yang pada akhirnya turut meningkatkan jumlah angkatan kerja.
Sejumlah langkah menyejahterakan buruh telah diambil oleh
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker).
Upaya Pemkot Bandung yang responsif terhadap kebutuhan para buruh itu
diapresiasi oleh Ketua Forum Komunikasi Serikat Pekerja Serikat Buruh Kota
Bandung, Hermawan.
Menurutnya, sangat jarang ada pemerintah kota yang sedemikian
perhatian kepada kesejahteraan buruh.
“Konsen Pemkot Bandung itu tidak hanya menyejahterakan, tetapi
juga bisa menekan pengeluaran buruh. Bahkan kita sampai tiga kali pertemuan
dengan beliau untuk urusan yang sama, itu sangat jarang terjadi,” ucap
Hermawan.
Namun demikian, Hermawan tetap berharap agar Pemkot Bandung bisa
meningkatkan perhatian kepada para buruh terutama untuk mengoptimalkan
program-program yang telah dicanangkan sebelumnya, sehingga manfaat yang
diberikan kepada buruh bisa lebih terasa.
“Berharap program-program yang sudah baik itu terus diperbaiki,
yang belum optimal bisa ditingkatkan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnker) Kota Bandung,
Asep C. Cahyadi mengungkapkan, jumlah angkatan kerja tahun 2017 mencapai lebih
dari 1,2 juta orang.
“Jumlah tersebut meningkat. Tahun 2015 angkanya masih di 1,192
juta,” ungkap Asep kepada Humas Kota Bandung di Kantor Disnaker Kota Bandung,
Senin (30/4/2018).
Kendati begitu, angka pengangguran berhasil ditekan. Jumlah
pengangguran menurun dari 107.000 orang di tahun 2015 menjadi 102.000 di tahun
2017.
“Jumlah tersebut termasuk angka pengangguran terbuka dan angka
pengangguran terselubung. Tukang ojek, misalnya, itu termasuk pengangguran
terselubung,” imbuh Asep.
Diakui Asep, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung masih punya banyak
pekerjaan untuk terus memberikan peluang kerja bagi warganya. Berbagai cara
dilakukan, mulai dari menyelenggarakan bursa kerja hingga program pemagangan di
dalam dan luar negeri.
“Mulai tahun ini kita akan punya Peraturan Daerah (Perda) yang
mewajibkan perusahaan untuk melaporkan lowongan kerjanya ke pemerintah. Jadi
kita bisa tahu persis data yang ada. Kita akan rangkum di bursa kerja,” ujar
Asep.
Pihaknya akan menyelenggarakan bursa kerja dalam waktu dekat,
yakni tanggal 8-9 Mei 2018. Pada setiap bursa kerja yang diselenggarakan, ada
30-40 perusahaan yang berpartisipasi dengan 4000-5000 lowongan pekerjaan.
Selain itu, yang tengah diupayakan oleh Disnaker Kota Bandung
adalah mengoptimalkan pemagangan. Tahun ini, Disnaker Kota Bandung tengah
menjajaki kerja sama untuk bisa mengirimkan 135 orang perawat ke Jepang.
“Ada permintaan dari sana untuk mengirimkan perawat profes.
Tetapi ada persyaratan kemampuan bahasa yang tengah diupayakan oleh kami. Kita
juga membuka pemagangan di retail-retail di Kota Bandung untuk memberikan
pelatihan kepada calon pekerja sesuai dengan kebutuhan pasar,” jelas Asep.
Menurutnya, permasalahan yang terjadi saat ini adalah adanya
ketimpangan antara latar belakang keahlian yang tersedia dengan kebutuhan di
pasaran. Saat ini, ia terus memberikan pelatihan kerja, terutama kepada lulusan
SMA dan SMK, agar bisa diserap oleh lapangan kerja yang ada.
Selain fokus pada memberikan peluang kepada para pencari kerja,
Disnaker Kota Bandung juga menaruh perhatian besar kepada warga yang sudah
bekerja, dalam hal ini para buruh. Pemkot Bandung terus membangun hubungan yang
harmonis antara para pekerja, perusahaan, dan pemerintah.
“Keharmonisan ini penting, agar tripartid ini bisa saling
memahami sehingga iklim industri menjadi kondusif. Dengan begitu, hal ini bisa
mengundang lebih banyak investasi ke Kota Bandung yang kelak bisa memberi
manfaat baik kepada buruh maupun pemerintah,” tutur Asep.
Bentuk perhatian juga diberikan melalui serangkaian program yang
terus disempurnakan, mulai dari bis buruh, sembako murah untuk buruh, dan
perumahan untuk buruh. Program tersebut dikelola dan diawasi bersama dengan
serikat buruh. **Red
0 Komentar