Bandung, Swara Wanita
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan terus memantau harga telur
dan daging ayam. Hal ini karena selama empat hari terakhir, kedua komoditas
tersebut mengalami lonjakan harga yang kurang wajar.
Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kota Bandung, Eric M.
Attauriq menjelaskan, secara rantai distribusi tidak terjadi masalah. Antara
penawaran dan permintaan relatif kembali normal usai Idufitri beberapa waktu
yang lalu.
"Hasil pemantauan terakhir, harga telur ayam di pasar
tradisional sekitar Rp28-29 ribu per kilogram. Sementara harga daging
ayam Rp41-42 ribu per kilogram," ungkapnya kepada Humas Kota
Bandung, Rabu (11/7/2018).
Eric menegaskan, akan memantau pergerakan harga telur dan daging
ayam dalam satu sampai dua minggu ke depan sebelum melakukan langkah
selanjutnya. Hasilnya akan disampaikan ke Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
karena dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap inflasi.
"Masalahnya ada di hulu, rantai distribusi masih aman. Jadi
sejauh ini belum akan melakukan OPM (operasi pasar murah)," sebutnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung,
Elly Wasliah membenarkan penyebab kenaikan harga kedua komoditas tersebut
adanya di hulu. Di antaranya karena kenaikan kurs Dolar terhadap Rupiah yang
menyebabkan harga pakan dan vitamin ikut-ikutan naik.
"Libur panjang setelah lebaran dan tahun ajaran baru juga
jadi penyebab lain. Karena banyak pegawainya libur sehingga sebagian ayam
petelur dijual dan sekarang harus mulai lagi dari awal dan itu membutuhkan
waktu," tuturnya.
Atas kenaikan tersebut, Dispangtan Kota Bandung akan terus
berkoordinasi dengan daerah produsen seperti Blitar untuk telur ayam dan
Priangan Timur untuk daging ayam. Koordinasi ini untuk memastikan stok ayam
hidup mencukupi.
"Bandung itu kan daerah konsumen, jadi kami terus
berkoordinasi dengan daerah produsen. Mudah-mudahan baik stok telur maupun
daging ayam segera kembali normal," pungkasnya. **Red
0 Komentar