PALU.SWARAWANITA NET,– Buruknya sanitasi dan minimnya akses air bersih di
Indonesia menjadi permasalahan nasional yang cukup meresahkan. Kaum perempuan
menjadi kelompok yang berkepentingan dalam hal sanitasi dan air bersih karena
merekalah yang aktivitas sehari-harinya paling dekat dengan dua hal itu, baik
sebagai pengguna maupun penerima manfaat.
Hal
tersebut ditegaskan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Agustina Erni dalam kegiatan
Fasilitasi dan Sanitasi Air Bersih yang Responsif Gender di Kota Palu, Sulawesi
Tengah. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai langkah untuk memberikan pemahaman
yang komprehensif tentang perlunya perempuan dilibatkan secara aktif dalam
perencanaan dan pelaksanaan program sanitasi dan akses air bersih guna
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan perempuan dan anak, terutama yang
diakibatkan oleh kedua hal tersebut.
“Hingga
2017, cakupan nasional akses air minum layak adalah 72.2%, cakupan rumah tangga
dengan jamban sendiri adalah 77.84%, dan jamban sendiri dengan septic tank
61,1%. Hal ini menunjukkan masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak
memiliki akses terhadap air minum layak dan tidak memiliki jamban,” jelas
Agustina Erni. Kota Palu, Sulawesi Tengah Rabu (15/5)
Buruknya
sanitasi dan minimnya akses air bersih berpengaruh terhadap daya saing
nasional. Data menunjukkan Indonesia mengalami kerugian di bidang kesehatan
sebesar 29,13 trilyun pada 2013. Kerugian ini berasal dari besarnya upaya dan
program yang diperuntukkan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang
disebabkan kedua hal tersebut. Di sisi lain, penelitian World Health
Organization (WHO) menunjukkan investasi sebesar USD 1 untuk perbaikan sanitasi
dan akses terhadap air bersih memberikan imbal paling sedikit sebesar USD 8.
Selain itu, studi WHO juga menyebutkan intervensi modifikasi sanitasi yang baik
dapat menurunkan angka penyakit diare sebesar 94%.
Dalam
kesempatan tersebut, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Provinsi Sulawesi Tengah, Ihsan Basir menyampaikan masyarakat Sulawesi Tengah
saat ini memerlukan kebijakan dan program sanitasi dan akses air bersih yang
layak dan mudah, terutama untuk Kota Palu dan sekitarnya yang baru saja dilanda
bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi.
“Saat ini sanitasi dan akses air bersih memang menjadi tantangan bagi kami, terutama pasca bencana alam tahun lalu. Di daerah lokasi bencana dan hunian sementara, dua isu ini menjadi masalah besar terutama bagi perempuan, anak, lansia, dan masyarakat berkebutuhan khusus. Kami berterima kasih kepada Kemen PPPA yang menyelenggarakan kegiatan ini di Sulawesi Tengah. Kami berharap bisa membuat progam khusus untuk Pengarusutamaan Gender (PUG) di bidang bencana yang mencakup seluruh bidang pembangunan secara komprehensif, termasuk di dalamnya isu sanitasi dan akses air bersih,” jelas Ihsan.
Kegiatan
ini dihadiri lebih dari 70 orang peserta yang berasal dari Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) terkait, organisasi pemerhati masalah kesehatan dan lingkungan,
dan organisasi perempuan di Sulawesi Tengah.
0 Komentar