BANDUNG.SWARAWANITA
NET,-Kota Bandung telah lama dikenal sebagai ‘Kota Kreatif’. Selain
dihuni warga yang kreatif, julukan itu juga dipatenkan oleh UNESCO yang membawa
Kota Bandung ke dalam Jejaring Kota Kreatif UNESCO (UNESCO Creative City
Network/UCCN) sebagai Kota Desain sejak akhir tahun 2015 lalu.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Dewi Kaniasari, selaku City of Design, Kota
Bandung memang harus menerapkan prinsip-prinsip desain ke berbagai lini
pembangunan, mulai dari perencanaan, hingga eksekusi. Hal itu bertujuan agar
setiap pembangunan di kota ini dirancang ‘by design’, bukan asal-asalan.
“Dengan julukan City of Design ini
sebetulnya Bandung bisa memanfaatkan untuk diaplikasikan dari mulai perencanaan
sampai eksekusi pembangunan kotanya. Jadi semuanya ‘by design’. Tidak hanya
sebatas tataran konsep atau hanya sebatas wacana ‘Bandung Kota Desain’ aja,”
tutur Kenny, sapaan akrab Dewi saat ditemui di kantor Disbudpar Kota Bandung,
Jalan Ahmad Yani No.227, Kota Bandung, Jumat (5/7/2019).
Saat kini, UCCN telah membawa semangat
bagi Kota Bandung untuk terus memainkan perannya sebagai kota desain. Lewat
tangan-tangan kreatif warga, setiap sudut kota dihiasi dengan berbagai sentuhan
seni, mulai dari mural, street furniture, hingga penanda informasi di jalan
raya yang unik dan berkesan.
Salah satu ornamen yang menjadi
primadona adalah zebra cross yang didesain tak biasa. Banyak orang yang
tertarik dengan pola zebra cross Kota Bandung yang alih-alih dicat hitam putih
tetapi malah digambari beraneka desain, mulai dari suling, ular tangga, hingga
arena lompat jauh. Zebra cross unik itu bisa dijumpai di Simpang Lima, Braga,
Jalan Merdeka, dan Jalan Wastukancana.
Jika berkeliling kota dengan berjalan
kaki di Jalan Ir. H. Juanda hingga Jalan Merdeka, warga dan wisatawan akan
dimanjakan dengan desain trotoar yang sangat nyaman dan ergonomis. Ada
bangku-bangku estetis yang dapat digunakan pejalan kaki untuk beristirahat dan
berswafoto.
Banyak pula imbauan-imbauan edukatif
yang copywriting-nya sengaja dibuat agar menarik dan eksentrik. Tak lupa,
suasana kota tua itu dilengkapi dengan desain lampu jalan ala art deco yang
cantik untuk diabadikan lewat foto, baik saat siang maupun malam hari.
Sentuhan desain juga sampai
kampung-kampung. Sebut saja Kampung Dago Pojok atau Cibunut. Di sana, warga
memanfaatkan sentuhan desain untuk meningkatkan potensi wisata, ekonomi, dan
yang terpenting adalah kebahagiaan. Dengan lingkungan yang asri dan berwarna,
warga bisa lebih nyaman tinggal di lingkungan yang sehat.
Penerapan Kota Desain ini tentu harus
komprehensif dan bersama-sama. Menurut Kenny, konsep Kota Desain harus diterima
sebagai komitmen bersama seluruh komponen kota, mulai dari pemerintah, sektor
swasta, akademisi, media, hingga masyarakatnya. Semua pihak harus mendukungnya.
Di sektor usaha, misalnya, banyak
pelaku industri berinovasi desain dari mulai rancangan produk, kemasan, hingga
ruang kerja. Di Kota Bandung, cafe-cafe bernuansa artsy sudah mulai menjamur.
Jika melongok ke gerai-gerai UMKM, banyak produk yang telah memiliki kemasan
cantik nan menarik sehingga meningkatkan nilai jual.
Selain itu, Dinas Perdagangan dan
Perindustrian (Disdagin), serta Dinas Koperasi dan UMKM juga dengan gencar
membina desain produk. Bahkan, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda)
Kota Bandung secara reguler menggelar kurasi produk kreatif oleh para
profesional untuk meningkatkan daya saing produk-produk Kota Bandung.
Sedari didirikan oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda, kata Kenny, Kota Bandung telah memiliki ciri khas
desain yang luar biasa. Kenny bahkan menyebut gaya art deco di Kota Bandung
menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia.
Saat ini, Pemkot Bandung berusaha
menjaga 1700-an bangunan cagar budaya sebagai upaya melestarikan mahakarya
desain yang bersejarah.
“Jadi ruh desain di Kota Bandung itu
memang sudah ada sejak dulu. Sekarang tinggal bagaimana kita menegaskan itu
lagi,” imbuhnya.
Kenny mengatakan, desain kota itu
bahkan sangat bisa diselaraskan dengan teknologi dan kearifan lokal kota. Ia
mencontohkan, gagasan-gagasan yang bisa muncul adalah inovasi untuk
membangkitkan kembali julukan Bandung sebagai Kota Kembang. Ia ingin agar warga
bisa berkontribusi dengan menggagas ide kreatif yang menarik dan dapat
diimplementasikan.
“Misalnya, nanti kita adakan lomba
menciptakan pot bunga yang memiliki ‘self-resilience’, bisa menyiram sendiri.
Itu kan ide kreatif. Jadi tidak hanya pot itu berbentuk fisik dari terracotta
atau keramik saja, tetapi juga bisa diintegrasikan dengan teknologi, di pot itu
bisa menyiram dengan sendirinya, itu kan bisa diciptakan,”ujarnya.
Ide lainnya, Kenny mencontohkan desain
toilet umum. Ia berharap seluruh sektor usaha bisa mempercantik toilet umumnya
sehingga tidak hanya bersih dan wangi, tetapi juga menarik dan berkesan.
“Jadi toilet nggak cuma bangunan gitu
aja, tapi bisa dikreasikan sehingga orang senang dan berkesan, bahkan sekadar
keluar dari toilet. Salah satu contoh toilet yang katanya terbersih di dunia
itu ada di Korea Selatan. Kita bisa mencontoh ke sana,” jelasnya.
Pihaknya sangat terbuka terhadap
berbagai gagasan, terutama dari warga. Ia pun terus mendorong agar warga bisa
memiliki kepekaan dalam menemukan potensi wisata dan kreativitas di daerahnya.
Pekerjaan itu tentu tidak mudah.
Membangun kesadaran warga akan pentingnya desain dalam kehidupan sehari-hari
menjadi tantangan tersendiri bagi Kenny dan jajarannya.
“Hingga pada suatu hari Kota Bandung
bisa betul-betul menjadi inspirasi desain untuk kota-kota lain di Indonesia
bahkan mancanegara. Jika kolaborasinya bagus, dan kuncinya memang kolaborasi,
tentu ini semua bisa terwujud,” ucapnya.
0 Komentar