BANDUNG.SWARAWANITA
NET,-Kepala Departemen Pengembangan Bisnis Perum Perhutani Divre
Jawa Barat (Jabar) dan Banten, Cucu Suparman mengatakan, kawasan hutan yang ada
di Jabar saat ini telah merambah bisnis di bidang pariwisata. Perkembangan
tersebut dianggap menguntungkan terlebih dengan luas hutan di Jabar yang cukup
luas mencapai 816.603 hektare.
Untuk menjaga agar kawasan yang dipakai untuk bisnis pariwisata
tetap baik kondisinya, pengamanan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) serta
sejumlah terobosan lain perlu dilakukan. Upaya ini juga guna menggali kembali
potensi wisata hutan lainnya. Jika potensi itu berhasil dikelola, Cucu
optimistis roda ekonomi masyarakat di sekitar akan berputar semakin cepat.
"Kita lakukan pemantapan
kawasan, serta kolaborasi dengan masyarakat," kata Cucu saat menjadi
pembicara dalam Jabar Punya Informasi (Japri), di Halaman Belakang Gedung Sate,
Jumat (16/8/2019)
Tren menanjak bisnis wisata tidak
lepas dari panorama alam yang indah. Menurut Cucu, sekitar 15 persen pendapatan
Perum Perhutani berasal dari wisata hutan. "Kawah putih, kawasan Ciwidey,
kawasan Galunggung, Cilember, dan beberapa objek lain, kawasan di Bandung Utara
seperti Cikole, potensi luar biasa dikembangkan dari potensi hutan dan
kehutanan," katanya.
1. Perhutani mengancang-ancang masuk ke sektor
energi terbarukan
Selain itu, Cucu menyatakan bahwa pihaknya tengah
mengeksplorasi peluang bisnis perhutanan yang baru, termasuk mencari sumber
energi yang terbarukan. Saat ini, kata dia, Perum Perhutani tengah
mengembangkan biomassa yang merupakan energi kimia dari organisme.
"Salah satunya biomassa, dari jenis tanaman Kaliandra dan
Gamal, produk akhirnya di antaranya Wood Pellet," ucapnya.
Wood Pellet sendiri merupakan bahan bakar pengganti batu bara
yang dimanfaatkan untuk penghangat ruangan, kompor, dan pengeringan pakaian.
Wood Pellet menjadi sumber energi alternatif ramah lingkungan dengan kadar CO2
yang rendah, sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna.
2. Terdapat tiga aspek penting dalam pengelolaan hutan
Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan Dinas
Kehutanan Provinsi Jabar, Budi Mulia, mengatakan, ada tiga aspek yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan hutan, yakni ekologi, sosial budaya, dan
ekonomi. "Ketiga aspek tersebut harus seimbang," katanya.
Sementara itu, Peneliti Kehutanan dari Universitas Winaya Mukti
(UNWIM), Yudi Rismajadi, mengatakan, Jabar punya potensi bisnis perhutanan
karena luas hutan yang tergolong besar. Selain itu Jabar juga memiliki Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang besar. Belum lagi waduk yang menjadi penyangga
kebutuhan air di Jabar.
Menurutnya, situasi tersebut harus dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat Jabar. "Bila (sumber daya
kehutanan) dikelola baik, maka bisa mendorong kesejahteraan masyarakat Jawa
Barat," katanya.
Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) Jabar telah menerbitkan
Perda 5 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Melalui Perda
yang berlaku mulai tanggal 16 Juli 2015 tersebut, Pemprov Jabar mengambil peran
sebagai instrumen pengembangan ekonomi lingkungan hidup, termasuk bisnis
perhutanan
3. Lonjakan jumlah penduduk berdampak pada luasan hutan
Di sisi lain, Yudi meminta pemerintah daerah tetap waspada
dengan laju pertumbuhan penduduk yang bisa menjadi ancaman tersendiri bagi
luasan hutan yang ada. Sebab, dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka ruang
untuk tempat tinggal dipastikan akan turut bertambah, bahkan bisa menggeser
hutan.
Lahan perkotaan yang semakin sempit jelas akan berdampak pada
penggunaan lahan di dataran yang lebih tinggi. Hutan yang masuk dalam kategori
lahan warga pun perlahan tapi pasti akan tergerus dengan keberadaan bangunan.
"Perkembangan jumlah penduduk mau tidak mau konsekuensinya
pada pertambahan infrastruktur pemukiman, tentu akan berpengaruh terhadap
lingkungan salah satunya hutan," ujar Yudi
Saat ini porsi kawasan hutan di Jawa Barat memang masih dalam
kategori ideal. Namun, menjamurnya industri di Jawa Barat juga menjadi salah
satu perhatian dan tantangan lain untuk menjaga luas lahan hutan di Jawa Barat
agar tidak terus terkikis.
"Kan ada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), di sana jelas
dicantumkan mana wilayah hutan, mana wilayah industri, mana wilayah
pemukiman," kata dia
Hutan sebagai penyangga kehidupan masyarakat pun harus tetap
dilestarikan agar ekosistem berjalan seimbang. Untuk itu, dirinya menilai tidak
hanya luasan saja, melainkan mutu kawasan hutan juga patut diperhatikan.(die)
0 Komentar