Pada
2018, Buku Pembangunan Manusia Berbasis Gender (PMBG) menunjukkan bahwa
pada 2017, nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan lebih
rendah dibandingkan IPM laki-laki, yaitu 68,08 berbanding 74,85. Selain
itu, angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan juga
lebih rendah yaitu 51% dibandingkan TPAK laki-laki yang mencapai 82%.
“Sejauh
ini sudah banyak kementerian/lembaga (K/L), maupun lembaga masyarakat,
dan dunia usaha yang telah melakukan berbagai upaya pemberdayaan
perempuan di bidang ekonomi. Tapi mengapa capaian perempuan, terutama di
bidang ekonomi tidak juga membaik? Kunci jawaban dari semua itu adalah
Sinergi,” tegas Asisten Deputi Kesetaraan Gender Bidang Ekonomi, M.
Ihsan dalam sambutannya pada acara Workshop yang dihadiri perwakilan 21
kab/kota wilayah model IR dan 34 provinsi.
M.
Ihsan menegaskan untuk mendukung program pemberdayaan perempuan melalui
pengembangan IR di seluruh wilayah Indonesia, Kemen PPPA tidak dapat
melakukannya sendiri, mengingat keterbatasan kewenangan dan sumber daya.
Seluruh pihak harus bisa membangun budaya kerja sinergi dengan
menyepakati kelompok sasaran yang menjadi target dan lokusnya. Kemudian
semua pihak masuk dengan programnya masing-masing sesuai kapasitas dan
kewenangannya. Tidak lupa juga dipantau proses pelaksanaannya sehingga
dengan demikian, hasil pelaksanaannya dapat dilihat dengan konkrit dan
nyata.
Dukungan
program pemberdayaan ekonomi bagi perempuan sebenarnya telah dilakukan
oleh beberapa K/L, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan
dan Perikanan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, serta Kementerian BUMN melalui program CSR atau program
unggulan dari masing-masing BUMN, seperti Permodalan Nasional Madani
Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar), Rumah Kreatif BUMN dan
sebagainya.
“Di
samping itu, hasil evaluasi pelaksanaan model pengembangan IR yang
sudah berjalan selama 3 (tiga) tahun, menunjukkan bahwa sebagian besar
perempuan pelaku IR merasakan manfaat dari program tersebut. Penghasilan
dan omset mereka meningkat, usaha berkembang lebih maju dan status
ekonomi keluarga pun meningkat, dan yang terpenting kepercayaan diri
mereka untuk melakukan usaha dan berkelompok jauh meningkat,” terang
Ihsan.
Hal
tersebut diperkuat dengan pengalaman yang dibagikan pelaku, tim
pelaksana dan tim pendamping IR di 3 (tiga) wilayah, yaitu Kabupaten
Rembang, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Lampung Timur.
“Setelah
mendapat pelatihan IR berupa cara mengolah makanan, mengemas,
memasarkan, mengikuti pameran, manajemen keuangan. Saya juga diberikan
bantuan alat produksi berupa pisau set, tatakan besar, box ikan, dan
lain-lain. Alhamdulllah ada kemajuan yang saya rasakan, omset meningkat,
sekarang saya punya tempat jualan di pasar, bisa menabung, dan bisa
merenovasi rumah. Terima kasih Industri Rumahan,” tutur pelaku IR
penghasil krupuk ikan, ikan asap, dan ikan pindang asal Kabupaten
Rembang, Rohati (51).
Rohati
merupakan satu dari ribuan pelaku IR yang merasakan manfaat
pengembangan model IR. Selain Rohati, ada tim pelaksana IR kabupaten
Wonosobo yang juga merupakan Kepala Bidang pada Dinas PPPA Kabupaten
Wonosobo, Umi Rahayu. “Wonosobo merupakan kabupaten termiskin di Jawa
Tengah dan merupakan wilayah kantong TKI, inilah mengapa Wonosobo
menjadi lokasi prioritas IR. Sampai 2019, ada 790 pelaku IR dengan total
150 IR di 11 kecamatan dan 12 desa di Kab. Wonosobo. Jenis usaha yang
diproduksi sebagian besar adalah olahan makanan,” terang Umi.
Beberapa
lembaga masyarakat dan dunia usaha juga turut serta memberikan dukungan
program kemitraan dalam peningkatan pemberdayaan ekonomi perempuan
melalui IR, seperti PNM Meekar, Gojek, XL Axiata, Ikatan Wanita
Pengusaha Indonesia (IWAPI), Bank Mandiri, dan Asosiasi Pendidikan
Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (APTIKOM).
“Acara
Workshop hari ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Peringatan
Hari Ibu ke-91 yang akan dilaksanakan di Kota Semarang, Jawa Tengah pada
22 Desember 2019 mendatang. Kami harap acara ini dapat menjadi kegiatan
permulaan yang bagus untuk mendorong kemajuan perempuan, tidak hanya
dari sisi sosial, tapi juga di bidang ekonomi yang menjadi pintu masuk
dalam memperkuat ketahanan keluarga. Peran ibu dan bapak sama
pentingnya dalam membangun pondasi ketahanan keluarga untuk memastikan
aggota keluarga aman dan nyaman,” pungkas M. Ihsan.
0 Komentar