BALI.SWARAWANITA NET,-Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang
Puspayoga hari ini membuka acara Pameran Lukisan dan Fotografi dengan
tema ‘The Soul of Mother and Child.’ Pameran ini diselenggarakan
Komunitas Dokter yang bernama MedicArt bekerjasama dengan House of Arie
Smit (HofAS), dan berkaitan erat dengan Peringatan Hari Ibu pada 22
Desember 2019 lalu.Bali
(25/12)
“Saya
berharap berbagai foto dan lukisan dalam pameran yang relevan dengan
peringatan hari ibu ini, dapat meningkatkan perhatian berbagai pihak dan
kalangan akan isu-isu perempuan dan anak. Demi mewujudkan perempuan
berdaya, anak berkualitas untuk Indonesia maju,” ungkap Menteri Bintang
dalam sambutannya pada pembukaan Pameran Lukisan dan Fotografi dengan
tema ‘The Soul of Mother and Child di Ubud, Bali.
Menteri
Bintang menuturkan pameran lukisan dan fotografi tersebut merupakan
pameran seni luar biasa karena tidak dilaksanakan oleh seniman seperti
biasanya. Melainkan dilaksanakan oleh para dokter yang menggeluti hobi
seni lukis, fotografi, dan videografi.
“Peran
komunitas dokter sangatlah besar dalam mendorong terciptanya
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Untuk itu, saya harap
bapak dan ibu dokter sekalian dapat turut serta menyediaan pelayanan
kesehatan yang ramah bagi perempuan dan anak, serta meningkatkan akses,
partisipasi, kontrol dan manfaat khususnya di bidang kesehatan bagi
perempuan dan anak,” jelas Menteri Bintang.
Founder
HofAS, dr. Pande Made K. Suteja menjelaskan House of Arie Smit
merupakan gambaran jiwa dari seorang seniman Belanda, Arie Smit yang
tulus menggali dan menumbuhkembangkan bakat seni anak-anak pelosok dan
marginal di Bali. Hal tersebut dilakukan agar bisa bermanfaat untuk
menghidupkan ekonomi kreatif anak di masa depan.
“Saat
ini, HofAS sudah membina komunitas anak-anak marjinal di Blandingan
Kintamani, Bali dan Dusun Kenari, Warlouka, Nusa Tenggara Timur. Selain
sebagai pelukis, Arie Smit juga mengajarkan masyarakat tentang kebiasaan
menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan,” ungkap Pande Made.
Di
sisi lain, Founder MedicART, dr. I Wayan Wita mengungkapkan bahwa
pameran ini menampilkan semangat cinta kemanusiaan dan cinta ibu
pertiwi. Anak-anak sebagai generasi masa depan sangat penting untuk
dilibatkan dalam seni dan budaya sejak dini karena cinta seni budaya
akan menumbuhkan generasi yang juga cinta kepada ibu pertiwi.
“Saya
harap semangat Arie Smit bisa terus hidup di masa depan. Kita semua
bisa mengambil nilai dari ketulusan Arie Smit dalam mencintai alam dan
budaya Bali, ketulusan membina anak-anak di desa hingga menjadi
sejahtera. Orang asing saja sangat peduli dengan anak-anak dan
masyarakat di negeri ini, seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia
harus lebih peduli dan termotivasi dalam hal ini,” tegas Menteri
Bintang.
Lebih
lanjut Menteri Bintang berencana akan melibatkan MedicArt dan HofAS
untuk menampilkan hasil karya seni anak-anak binaan mereka dalam
mengenalkan budaya dan lingkungan kepada anak-anak pada acara Peringatan
Hari Anak Nasional (HAN) 2020 di Juli mendatang.
“Semoga
gerakan ini bisa terus bergerak seperti bola salju yang menggelinding
sehingga tidak hanya dilaksanakan di wilayah Bali dan NTT tapi juga di
daerah lain yang tepat sasaran,” tutur Menteri Bintang.
Acara
pameran yang berlangsung mulai dari 24 Desember 2019 – 24 Januari 2020
ini menampilkan sekitar 100 karya lukisan dan fotografi, dilaksanakan
bertujuan sebagai ajang penggalian dana bagi pembinaan seni dan budaya
untuk anak-anak di pelosok Indonesia. Untuk itu, Menteri Bintang
menyampaikan apresiasi tinggi kepada MedicART dan HofAS yang telah
menyelenggarakan pameran seni luar biasa ini.
“Semoga
apa yang kita laksanakan hari ini dapat menjadi inspirasi bagi yang
lain terutama dalam mewujudkan pemenuhan hak-hak anak dan perlindungan
anak Indonesia. Serta bisa memberi manfaat tidak hanya bagi anak-anak di
Bali melainkan di seluruh Indonesia,” ujar Menteri Bintang.
Menteri
Bintang juga mengungkapkan saat ini permasalahan sifat intoleran di
antara anak-anak cukup banyak terjadi. Ini masalah yang harus ditangani
bersama, salah satunya yaitu memupuk rasa nasionalisme dengan
mengampanyekan berbagai permainan tradisional bagi anak yang berjumlah
sekitar 2.600 permainan khas Indonesia. Hal ini diharapkan bisa
meminimalisir kecanduan gadget dan meningkatkan rasa nasionalisme pada
anak.
0 Komentar