JAKARTA.SWARAWANITA NET.-Anggota Komisi III DPR RI Habib Aboebakar Alhabsy meminta Pemerintah tidak terburu-buru menerapkan tatanan normal baru atau new normal. Menurutnya, banyak masyarakat yang masih mempertanyakan tujuan gencarnya kampanye new normal.
“Apakah ini lantaran desakan pengusaha
pada sektor industri besar? Ataukah ada sebab lainnya? Tentunya kita
harus mengutamakan keselamatan rakyat. Ingat Salus Populi Suprema Lex Esto, keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi," ujar Aboe, begitu ia biasa disapa, melalui pesan singkatnya, Sabtu (30/5/2020).
Dilanjutkannya, jika sekolah dibuka, apakah memang siap untuk menerapkan new normal.
Apalagi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, ada 831
anak terinfekai Covid-19. Tentu ini akan menjadi ancaman baru. Tidak
mudah menerapkan protokol kesehatan di sekolah di tengah keterbatasan
Alat Pelindung Diri (APD) sejenis masker juga keterbatasan luas ruang
kelas untuk menerapkan physical distancing.
Terlebih lagi di Indonesia sendiri, masih ada beberapa wilayah yang recovery rate-nya
rendah, seperti Surabaya. Bahkan kini RSUD dr. Soetomo Surabaya yang
menjadi salah satu rumah sakit rujukan, mengalami kelebihan kapasitas
pasien Covid-19.
"Tentunya kita khawatir, apa yang
disampaikan Ketua Gugus Kuratif Penanganan Covid-19 Jawa Timur bahwa
Surabaya bisa jadi Wuhan, akan menjadi kenyataan," ujar Ketua Mahkamah
Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI ini.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah untuk tidak terburu-buru menerapkan status new normal. Belajar dari Korea selatan yang baru dua pekan mereka memberlakukan new normal, namun angka penderita Covid-19 sudah naik lagi dan saat ini negara tersebut kembali melakukan pembatasan. (ayu/es)
0 Komentar