CIREBON.SWARAWANITA NET.-Ada pepatah mengatakan,
成功的商人是那些在任何情况下都不轻易放弃,能够在困难的情况下创造机会并受到挤压的人 Chénggōng de shāngrén shì
nàxiē zài rènhé qíngkuàng xià dōu bù qīngyì fàngqì, nénggòu zài kùnnán
de qíngkuàng xià chuàngzào jīhuì bìng shòudào jǐ yā de rén.
Kalimat bijak ini mengandung arti, pebisnis yang sukses adalah mereka
yang tidak mudah menyerah dalam kondisi apapun, dapat menciptakan
peluang di saat situasi sulit dan terhimpit. Di masa penjajahan Jepang
dan Belanda, ada warga Tionghoa di Cirebon yang sukses dalam berbisnis.
Kita mengenal Mayor Tan Tjien Kie yang lahir di Cirebon tahun 1853.
Ayah Tan Tjien Kie bernama Tan Tiang Keng. Ia merupakan pedagang gula.
Mayor Tan Tjien Kie meninggal tahun 1919. Tan Tjin Kie adalah keturunan
Oey Lwan, imigran asal Tiongkok.
Kemudian bisnis dilanjutkan Tan Gin Han dan Tan Gin Ho. Mereka yang
lahir tahun 1930-an mungkin mendengar dan mengenal juga nama Gouw Tjien
Hwat yang merupakan konglomerat di zamannya.
Lalu ada Oey Kwat Tay, sekitar tahun 1930-an terkenal sebagai
pedagang pakaian, nama tokonya Paris yang menjual bahan kain dan
pakaian. Ada Ong Eng Tjiang, pedagang gula merah di Pasar Pagi Cirebon,
dan ada juga Gan Biau Tin, pedagang yang sama.
Selain itu, ada Oey Eng Sin seorang pengusaha di daerah Jamblang dan
Kwa Tjuan An, yang juga di Jamblang, Kabupaten Cirebon, pengusaha hasil
bumi. Nama lainnya, Lie Ing Guan (Basuki Abdul Kadir), agen minyak tanah
di Kalibaru Selatan. Lie Ing Guan ini adalah ayah kandung Brigjen
(Purn) Daniel Sofjan, dan beliau juga ayah kandung Lie Un Hin dan Lie Un
Hwa yang sukses dalam bisnis minyak tanahnya.
Pantang menyerah
Dr. Imelda Susanti, Kristianto Sofjan dan M Norman Pandurata adalah
cucu dari Lie Ing Guan. Saat ini, Lie Un Hin, anak Lie Ing Guan tinggal
di Vancouver Kanada. Lie Ing Guan adalah saudaranya Kwee Kwan Soen.
Di Kalibaru, juga ada toko waring yang jual bahan pakaian. Kemudian
ada Liem Pat Nio tahun 1920-an. Ia berjualan rempah-rempah dan tembakau.
Tjiong A Teng membuka pabrik tegel, namanya Bie Liong di Parujakan.
Tjiong A Teng kakek dari Permadi Budiatma dan WP Zhong, dan Tjiong A
Teng adalah kakek buyut dari Lilis Sembada dan Endang Prihatin Sembada.
WP Zhong, salah satu cucu Tjiong A Fat menceritakan, jika kakeknya hidup
sederhana dan sangat hemat, serta ada Tan Bun Say, jualan sembako di
Kanoman
Kunci kesuksesan mereka yang berbisnis adalah dapat mengubah
kesulitan menjadi peluang. Mereka gigih berjuang tidak kenal menyerah,
ulet dan rajin. Mereka umumnya membuka toko pada subuh sebelum matahari
terbit, tutup toko setelah matahari terbenam.
Mereka tidak pernah libur, kecuali jika ada yang menikah atau
meninggal. Kedua mereka hidup hemat, rajin menabung, 50 persen
penghasilan mereka untuk menabung, 30 persen untuk modal usaha dan 20
persen untuk kebutuhan sehari hari. (*)
Oleh Jeremy Huang
0 Komentar