SEMARANG.SWARAWANITA NET.-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berperan signifikan dalam perekonomian Indonesia, termasuk Jawa Barat (Jabar). Namun, pandemi COVID-19 membuat banyak para UMKM tertatih-tatih.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil berupaya menggerakkan roda produksi UMKM yang melambat karena pandemi. Salah satunya mempromosikan produk UMKM via media sosial pribadinya.
Dengan syarat, Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil-- mesti terlibat dalam proses desain supaya bisa menjalin ikatan emosional dengan produk tersebut. Apalagi, ia memiliki latar belakang sebagai arsitek.
"Dari cerita UMKM yang terdampak COVID-19, saya bertanya, apa yang bisa saya bantu? Ternyata saya punya aset pribadi, yaitu jumlah pengikut (media sosial). Sehingga unggahan saya gampang viral. Amplikasi itu saya manfaatkan untuk hal-hal positif," kata Kang Emil usai bertemu dengan para pelaku UMKM dari sejumlah daerah di Hotel Tentrem, Kota Semarang, Minggu (25/10/20).
Dalam pertemuan tersebut, ada tujuh pelaku UMKM dari sejumlah daerah. Mulai Pekalongan sampai Yogyakarta. Kepada Kang Emil, mereka bercerita soal dampak pandemi COVID-19 dan keunggulan produknya.
Kang Emil menyatakan, UMKM bisa membangkitkan ekonominya dengan dukungan terhadap ekosistem baik dari sisi pemasaran maupun kualitas produk, termasuk dengan meningkatkan kualitas dari segi desain produk.
"Selain promosi media sosial, saya juga memberikan masukan untuk desainnya, karena kebetulan saya punya skil desain. Misalnya desain sepatunya, desain tasnya. Jadi konsepnya kolaborasi promosi dan desain," ucapnya.
Menurut Kang Emil, banyak pelaku UMKM yang ingin berkolaborasi. Namun, ia melakukan kurasi karena tidak mungkin dapat mendesain dan mempromosikan semua produk UMKM di Indonesia.
Terdapat sejumlah indikator dalam tahap kurasi. Selain kualitas, produk pelaku UMKM harus memiliki gerakan sosial (social movement).
"Semoga saya bisa memberikan manfaat bagi orang lain dan lintas dimensi. Dan saya rasa itulah esensi hidup," katanya.
Salah satu pelaku UMKM asal Pekalongan, Asfa Fuadi, menceritakan latar belakang dirinya membuat produk fesyen berbahan kain tenun. Salah satunya untuk menyelamatkan eksistensi penenun asli Pekalongan.
"Sebelum pandemi saja, banyak penenun yang meninggalkan profesinya karena pendapatan menurun drastis," kata Asfa.
Penurunan pendapatan penenun, kata Asfa, karena produk yang dihasilkan monoton. Tidak sesuai keinginan pasar dan perkembangan fesyen. Berangkat dari situ, ia mulai menciptakan fesyen menarik berbahan tenun.
"Supaya penenun kembali menenun, saya ciptakan produk yang sesuai keinginan pasar supaya banyak dicari masyarakat. Dengan begitu, regenerasi penenun bisa dilakukan," ucapnya.
Akan tetapi, pandemi COVID-19 membuat penghasilan Asfa berkurang lebih dari 90 persen. Roda produksi benar-benar melambat karena jarang ada pembeli.
Oleh karena itu, Asfa berharap dengan kolaborasi bersama Kang Emil, usahanya berangsur pulih dan produknya semakin variatif serta menarik.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Pak Ridwan Kamil. Ini bentuk kolaborasi yang teman-teman (para pelaku UMKM) harapkan," katanya. (red)
0 Komentar