Bandung.Swara Wanita Net.-
Oleh Jeremy Huang Wijaya
Sejak awal tahun 2022 Parpol parpol mulai aktif mengadakan pertemuan untuk berkoalisi menciptakan pemerintahan yang baru padahal tahapan pemilu belum dimulai. Mereka tidak fokus lagi untuk menyelesaikan tugas mereka hingga 2024. Sehingga mereka kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat. Koalisi sebelum pemilu rawan bubar. Karena Koalisi sebelum pemilu hanya untuk dapat kekuasaan bukannya menciptakan pemerintahan. Karena ketika salah satu partai koalisi tidak masuk parlemen threshold pasti bubar.
Saat ini wacana koalisi yang ada masih membicarakan calon pemimpin yang akan diusung, belum membicarakan program 5 tahun yang akan datang.
Belajar pengalaman dari 10 tahun yang lalu, sayangnya koalisi tidak permanen selalu berganti. Koalisi yang kalah selalu bergabung dengan yang jadi pemenang dan berkuasa. Seharusnya Koalisi yang dibentuk sebelum pemilu. Tetap tidak berubah meskipun kalah harusnya mereka berani menjadi koalisi oposisi tidak bergabung dengan pemenang menjadi penguasa, harus berani untuk menjadi oposisi. Supaya seimbang.
Belajar dari pengalaman 10 tahun lalu koalisi yang ada selama ini hanya pembagian kursi di Legislatif dan eksekutif. Seharusnya koalisi memiliki program pembangunan 5 tahun kedepan jadi tidak hanya mencalonkan pemimpin tetapi harus membuat program 5 tahun kedepan. Dan program itu yang di tawarkan kepada masyarakat. Jadi tidak hanya pembagian kursi di Legislatif dan eksekutif. Sayangnya ketika kalah selalu bergabung dengan koalisi pemenang. Seharusnya Presiden threshold di turunkan menjadi nol persen supaya banyak pilihan. Sehingga koalisinya di buat sesudah pemilu bukan sebelum pemilu
Koalisi hanya untuk kepentingan sesaat tidak abadi.
0 Komentar