Bandung.Swara Wanita Net.-
Oleh Jeremy Huang Wijaya
Masyarakat Tionghoa memiliki pedoman bahwa harus bertanggung jawab mensejahterakan daerah yang menjadi tempat tinggal mereka. Keresahan buruh Tionghoa jaman Kolonial Penjajahan Hindia Belanda akibat represif pemerintah kolonial Hindia Belanda akibat peraturan yang dibuat oleh Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier yang memberlakukan jam malam tanggal 7 Oktober 1740 akibat gelombang protes warga Tionghoa yang menjadi buruh. "tanggal 11 Oktober, kelompok pasukan tetap terus memburu dan membunuh orang Tionghoa hingga tanggal 22 Oktober 1740 Diperkirakan bahwa lebih dari 10.000 orang keturunan Tionghoa dibantai. Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya perrang Geger Pecinan yang dipimpin kapitan sepanjang tahun 1740-1743 antara pasukan Tionghoa bersekutu dengan pasukan Jawa melawan VOC, karena tenaga kerja buruh Tionghoa dibayar rendah.
"Mei 1842 terjadi rotasi penanaman lahan tebu di beberapa desa dalam jangka dua tahun.
Namun, dalam waktu satu tahun terdapat 46 desa yang upahnya di lunasi dengan alasan mereka belum cukup memenuhi pajak natura tebu sesuai dengan yang tertera dalam kontrak kerja.
Penanam tebu yang terlibat kerja dan tidak mau melunasi pajak tersebut melakukan tuntutan untuk menaikkan upah dari 14,22 gulden menjadi 25 gulden. Protes tersebut semakin meluas ke beberapa desa secara berturut-turut.
Tahun 1904 datang pekerja dari Hokkian dan Teeochew Tiongkok China jadi pekerja di ladang Gambir berjumlah 500 orang
"serikat buruh pertama dari kalangan Tionghoa yakni Tiong Hoa Sim Gie. Serikat tersebut didirikan pada 26 September 1909 dan dipimpin oleh Lie Yan Hoei. Empat bulan kemudian serikat buruh tersebut berubah nama menjadi Tionghoa Keng Kie Hwee lalu menjadi angggota inti dari Federasi Kaoem Boeroeh Tionghoa (PKBT)
Serikat Buruh Kung Tang Hwee Koan Serikat Buruh Tionghoa yang ikut May Day di Surabaya 1 Mei 1918
Itulah sejarah peranan Tionghoa dalam sejarah Serikat Buruh
0 Komentar