Garut.Swara Wanita Net.- Desa Pangauban merupakan desa pokok dari enam desa, berdiri sejak tahun 1918 pada masa pendudukan kolonial Belanda. Nama Desa Pangauban berasal dari kata “AUB” yang berarti berkumpul/berlindung. Masyarakat Pangauban selalu memelihara nilai-nilai sosial budaya diantaranya yaitu Gotong Royong. dan hal inilah yang menjadi prinsip dasar dalam pelaksanaan program pembangunan di Desa Pangauban.
Di tengah keterbatasan dana desa yang hanya sebesar Rp 900 juta per tahun, Desa Pangauban, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, berhasil mencatat prestasi luar biasa: pendapatan desa mencapai lebih dari Rp 1,2 miliar. Keberhasilan ujar Kepala Desa Pangauban, Asep Feri Herdiana.
Mengenai kebenaran pendapatan desa tersebut, Asep menegaskan dengan mantap, “Betul, pendapatan desa Pangauban telah mencapai Rp 1,2 miliar lebih. Ini bukan angka fiktif, semua bisa dicek dan dibuktikan oleh siapapun.” Pernyataan ini langsung memicu decak kagum pendengar podcast, karena angka tersebut jauh melampaui dana desa yang diterima dari pemerintah pusat.
Keberhasilan ini, menurut Asep, tidak lepas dari peran BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) sebagai penggerak ekonomi lokal. “Meski dana desa dari pemerintah terbatas, BUMDES kami mampu menghasilkan pendapatan tambahan yang signifikan. Dari usaha kopi, labu, hingga makroni, semuanya berjalan dengan baik dan memberi kontribusi nyata bagi desa,” ungkapnya. Bahkan kerja sama dengan SPPG MBG yang menyediakan makanan bergizi gratis menghasilkan keuntungan sekitar Rp 200 ribu per hari untuk BUMDES.
BUMDES bukan sekadar mesin penggerak ekonomi, tetapi juga alat transformasi desa. Asep menjelaskan bahwa uang yang diperoleh dari pendapatan desa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan penataan wilayah. “Jalan-jalan diperlebar dan dicor dengan rabat beton, fasilitas publik ditingkatkan, dan lingkungan desa dirapikan sehingga menjadi nyaman dan asri,” katanya. Kini, Desa Pangauban bukan hanya dilihat sebagai desa yang berkembang secara ekonomi, tetapi juga sebagai desa yang tertata dengan baik dan menarik bagi masyarakat maupun wisatawan.
Asep juga menegaskan bahwa kesuksesan desa ini tidak lepas dari sinergi aparatur desa, lembaga desa, dan masyarakat. Semua pihak bekerja sama untuk mewujudkan target bersama, dari pengelolaan usaha BUMDES hingga pelaksanaan proyek infrastruktur. “Kami percaya, apabila semua elemen desa bersatu, hasil yang diraih bisa jauh lebih besar daripada hanya mengandalkan dana dari pemerintah,” kata Asep.
Ke depan, Kepala Desa Pangauban menargetkan pendapatan desa mencapai Rp 2 miliar. Strategi untuk mencapai target tersebut meliputi penambahan variasi usaha, peningkatan kapasitas BUMDES, dan pengembangan kemitraan dengan pihak luar. “Kami akan terus bekerja keras, berinovasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan desa terus maju dan manfaatnya bisa dirasakan semua warga,” tegas Asep dengan penuh optimisme.
Sebagai Kepala Desa yang berhasil pesan inspiratif dari Asep: “Dana desa memang penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita memanfaatkan potensi yang ada di desa secara maksimal. Dengan kerja keras dan sinergi, keterbatasan bisa menjadi peluang untuk tumbuh dan berkembang.”
Desa Pangauban kini menjadi simbol transformasi nyata: dari dana desa yang terbatas menjadi pendapatan yang signifikan, dari wilayah biasa menjadi desa yang asri dan nyaman. Kisah ini membuktikan bahwa inovasi, kerja keras, dan kolaborasi adalah kunci keberhasilan sebuah desa, sekaligus memberikan inspirasi bagi seluruh desa di Indonesia.
(Intan)






